Jumat, 07 Mei 2010

Metode Belajar Bagi Anak Usia Dini

Walaupun pendidikan berlangsung sepanjang hayat, namun menurut Maria Montessori, enam tahun pertama masa anak sebagai jangka waktu yang paling penting bagi perkembangannya. Tahun prasekolah menjadi masa anak membina kepribadian mereka. Karenanya, setiap usaha yang dirancang untuk mengembangkan minat dan potensi anak harus dilakukan pada masa awal ini untuk membimbing anak menjadi diri mereka dengan segala kelebihannya. Orangtua dan pendidik harus dapat membantu anak menyadari dan merealisasikan potensi anak untuk menimba ilmu pengetahuan, bakat, dan kepribadian yang utuh.

Acuan memilih metode pengajaran untuk anak usia 0-6 tahun menurut Penasehat Himpunan Tenaga Kependidikan Usia Dini, Dr. Anggani Sudono MA, adalah melibatkan anak dalam kegiatan belajar. Ketika di sekolah anak diajak memilih materi yang ingin dieksplorasi. Dengan begitu anak mendapat inspirasi dan belajar mengambil keputusan sendiri. Terdapat beberapa metode pengajaran yang disesuaikan dengan tahap usia anak:
  1. Usia 0-3 tahun: anak dapat mengikuti kegiatan di sekolah taman bermain. Apapun metodenya, yang harus diperhatikan ialah hubungan komunikasi guru dengan anak, bagaimana cara guru itu berkomunikasi. Ketika mengajar, sebaiknya guru tidak mendominasi kegiatan anak.
  2. Usia 5 tahun: berikan kegiatan yang dapat memberi kesempatan pada anak mengobservasi sesuatu. Sebaiknya pendidik tidak melulu mencontohkan lalu anak mengikuti. Tapi, biarkan anak mencoba-coba, misal anak menggambar bunga dengan warna hijau, kuning atau biru. Pendidik dapat memberikan kosakata baru pada anak dan membiarkan mereka merangkai kalimat.
  3. Usia 6-12 tahun: perbanyak melatih kemampuan anak bercerita dan mempresentasikan apa yang mereka ketahui. Metode belajar ditekankan pada bagaimana anak berpikir kreatif, misalnya ketika menjelaskan suatu hal atau benda. Salah satunya dengan metode main maping, yaitu membuat jaringan topik. Misal, minta anak menjelaskan konsep meja dan biarkan anak memaparkan satu persatu pengetahuannya tentang meja mulai dari berbagai bentuk, fungsi sampai jumlah penyangganya.
Proses belajar-mengajar yang baik adalah jika anak berinteraksi dengan pendidik, yaitu orangtua dan guru. Maka pendidik harus pandai menciptakan situasi yang nyaman, membangkitkan semangat belajar, dan anak antusias belajar dengan memberikan metode pengajaran yang tepat. Jika tipe belajar anak lebih aktif melalui alat pendengarannya (auditif ), maka anak diajarkan dengan mendengarkan kaset yang diselingi dengan menunjukkan gambarnya (demonstrasi). dapat juga dengan memutarkan video agar anak dapat melihat (visual) dengan jelas apa yang terjadi. Dengan harapan, tujuan pembelajaran akan lebih mudah tercapai.

Berikut ini beberapa metode pengajaran yang dapat Anda pilih antara lain :

Metode Global (Ganze Method)
Anak belajar membuat suatu kesimpulan dengan kalimatnya sendiri. Contohnya, ketika membaca buku, minta anak menceritakan kembali dengan rangkaian katanya sendiri. Sehingga informasi yang anak peroleh dari hasil belajar sendiri akan dapat diserap lebih lama. Anak juga terlatih berpikir kreatif dan berinisiatif.

Metode Percobaan (Experimental method)
Metode pengajaran yang mendorong dan memberi kesempatan anak melakukan percobaan sendiri. Menurut Maryam, staf pengajar di Sekolah Alam Ciganjur, Jakarta Selatan, terdapat tiga tahapan yang dilakukan anak untuk memudahkan masuknya informasi, yaitu mendengar, menulis atau menggambar lalu melihat dan melakukan percobaan sendiri. Misalnya, anak belajar tentang tanaman pisang, pendidik tak hanya menjelaskan tentang pisang tapi juga mengajak anak ke kebun untuk mengeksplorasi tanaman pisang. Dengan belajar dari alam, anak dapat mengamati sesuatu secara konkret. Kegiatan ini dapat dilakukan mulai umur empat sampai 12 tahun.

Metode Resitasi (Recitation Method)
Berdasarkan pengamatan sendiri, minta anak membuat resume. Maryam menambahkan, pada usia 4-12 tahun merupakan masa kritis anak yang selalu menanyakan, Mengapa begini dan begitu?. Misalnya anak bertanya, Mengapa pohon dapat berbuah? Libatkan anak untuk mengamati proses pembiakan lalu minta anak menyimpulkannya sendiri.

Metode Latihan Keterampilan (Drill Method)
Kegiatan yang mewakili metode ini sering Anda lakukan bersama si kecil, yaitu membuat prakarya (artwork). Sekolah Learning Vision menggunakan metode ini untuk mendorong anak belajar menjalani proses ketika membuat patung dari lilin atau karya tiga dimensi lainnya. Selain melatih kemampuan motoriknya, seperti menulis, menggambar, menghias dan menggunakan alat-alat. Anda juga dapat mengajarkan anak berhitung secara konkret.

Metode Pemecahan Masalah (Problem solving Method)
Berikan soal-soal yang tingkat kesulitannya dapat disesuaikan dengan kemampuan anak. Lalu ajak anak mencari solusinya bersama-sama.

Metode Perancangan (Project Method )
Kegiatan yang mengajak anak merancang suatu proyek yang akan diteliti sebagai obyek kajian. Salah satu sekolah yang menggunakan metode ini adalah Tutor Time. Pola pikir anak menjadi lebih berkembang dalam memecahkan suatu masalah serta membiasakannya menerapkan pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang dimiliki.

Metode Bagian (Teileren Method)
Metode pengajaran ini mengaitkan sebagian-sebagian petunjuk yang mengarah pada sesuatu, seperti potongan puzzle yang digabungkan satu persatu. Setelah orangtua berhasil mengidentifikasi cara belajar yang tepat bagi anaknya, perlu pula mendapatkan implementasi konsep pengajaran yang sesuai dengan karakter dan kemampuan anak.

Berikut beberapa konsep pengajaran yang biasa diterapkan di tahap pengajaran prasekolah:

Holistic Education
Banyak pakar pendidikan menyatakan bahwa pendidikan seyogyanya dipahami sebagai seni menanamkan dimensi moral, emosi, fisik, psikologi, dan spiritual dalam perkembangan anak. Pemikiran holistik meliputi keseluruhan dimensi dan integrasi banyak tahap dari pemahaman dan pengalaman anak dibanding sekadar penemuan kemampuan anak pada satu hal saja. Pendidikan holistik bertujuan untuk mengembangkan penghormatan intrinsik pada kehidupan dan cinta belajar. Cara yang dilakukan berupa memunculkan rasa cinta lingkungan dan mendorong kreativitas anak. Seni dari pendidikan holistik ini terletak pada keberterimaan cara belajar dan kebutuhan anak yang berbeda.

Metode Kumon
Metode yang ditemukan di Jepang pada 1954 ini menekankan pada motivasi diri agar anak tak tergantung pada orang lain untuk belajar. Program ini difokuskan pada membentuk keterampilan anak dalam kemampuan berbahasa Inggris, matematika, dan lainnya berdasarkan kesadaran akan kebutuhan diri sendiri. Anak dilatih juga untuk belajar dari kesalahan yang dibuatnya dengan bimbingan instruktur sehingga anak menjadi tak takut untuk belajar sesuatu dan percaya diri.

Metode Montessori
Konsep pengajaran yang ditemukan oleh pakar pendidikan usia dini, Dr. Maria Montessori, ini didasarkan pada potensi dan karakter anak sesuai perkembangan usianya. Secara normal setiap anak memiliki karakteristik untuk suka mencari tahu, konsentrasi spontan, mulai memahami realita, suka ketenangan dan bekerja sendiri, memiliki rasa posesif, ingin melakukan semuanya sendiri, patuh, independen dan berinisiatif, disiplin diri spontan, serta ceria. Kesemua sifat ini dimiliki anak secara normal dan metode pengajaran yang diterapkan tak melawan kenormalan ini. Justru menggunakan karakter ini untuk memasukkan berbagai pemahaman nilai dan keterampilan.

Multiple Intelligence(MI)
Pendekatan pengajaran dengan konsep multiple intelligence ini mendorong anak untuk mengeksplorasi kemampuan dan keterampilan intelektualnya, seperti seni, matematika, atau bahasa. Dasar dari pendekatan multiple intelligence ini adalah keyakinan bahwa setiap anak memiliki cara belajar yang berbeda. Tiap anak mempunyai kelebihan dan kekurangan yang berbeda dalam kemampuan intelektualnya. Menurut pakar pendidikan anak dari AS, Howard Gardner, terdapat tujuh kemampuan intelektual pada anak, yaitu verbal (bahasa), logical (matematika), visual (spasial), kinestetik, musikal (ritme), interpersonal, dan intrapersonal. Karenanya pendidik menggunakan pendekatan MI untuk mengakomodasi cara belajar dan kemampuan intelektual anak yang berbeda dalam kurikulumnya. Konsep MI biasanya digunakan di prasekolah Religion-based Preschools Pengajaran yang dilakukan difokuskan pada pembentukan kemampuan akademik, sosial, emosi, dan keterampilan mental yang didasarkan pada kerangka spiritual. Banyak sekolah menggunakan prinsip agama sebagai panduan pendekatan pola pengajaran sehingga perkembangan dirinya tetap berlandaskan personal spiritual yang kuat.

Smart Reader
Program ini semakin popular di seluruh Asia. Diciptakan oleh pakar pendidikan anak, Dr.Richard Ong dan Dr. KH Wang, Smart Reader merupakan konsep belajar baru yang bertujuan untuk mengubah potensi anak menjadi sebuah prestasi. Metode ini dilakukan secara intensif dalam kelas kecil. Orangtua dapat memilih program intens yang sesuai untuk kebutuhan anaknya, seperti smart reader programme, smart maths, computer whiz, English programme, dan lainnya.

Thematic Approach
Program ini tepat diterapkan pada anak prasekolah untuk memberi pemahaman yang menyeluruh tentang suatu tema. Pengajaran iptek, seni, bahasa, konsep sosial, dan matematika dapat diintegrasikan bersama dari sebuah tema yang dipilih. Anak dapat membuat hubungan dari sebuah tema mulai dari proses sampai hasilnya. Seperti, tema tentang kupu-kupu. Anak membaca cerita atau puisi tentang kupu-kupu untuk belajar membaca dan keterampilan berbahasa, mewarnai gambar kupu-kupu untuk belajar bentuk dan komposisi warna, dan mempelajari proses metamorfosis dari ulat, kepompong, hingga menjadi kupu-kupu untuk mempelajari iptek.

The Glen Doman Method
Glen Doman merupakan pendiri Institute for the Achievement of Human Potential (IAHP) yang terkenal dengan konsep pengajaran berdasarkan tingkat perkembangan otak anak yang masih terbatas. Ia menyakini bahwa metode pengajaran konvensional sangat mengeksploitasi gairah anak untuk memiliki kemampuan pengetahuan dan keterampilan lain. Berdasarkan usia, anak memang masih memiliki keterbatasan yang tak dapat dipaksakan. Seperti, jika orang dewasa berkata dengan berbisik, maka anak usia 18 bulan tak akan memberi respon karena pendengaran belum cukup berkembang untuk menangkap bisikan itu. Atau anak tak bisa membaca jelas karena kemampuan visualnya belum sempurna untuk melihat huruf kecil. Sebaiknya anak disajikan gambar yang besar dengan warna terang. Metode ini dijalankan dengan menggunakan flashcards yang disertai petunjuk. Ideal bagi anak usia 10-18 bulan.

The Reggio-Emilia Approach

Metode ini mulai dikenal pada 1960-an di Itali dengan mendasarkan pada pemberdayaan anak untuk ikut berpartisipasi dalam proses belajar. Pengajaran dipusatkan pada panjang pendeknya masa belajar anak melalui eksplorasi pada suatu obyek dan anak memenuhi keingintahuannya tentang obyek itu hingga maksimal. Anak dilatih untuk bekerja mengamati sesuatu berdasarkan rencana belajar dan waktu yang telah disusun.

The Shichida Method

Metode Shichida atau Right Brain Training yang ditemukan Prof. Makoto Shichida ini meyakini bahwa 90 persen pembentukan otak dilakukan sampai anak usia enam tahun. Selama 40 tahun Schichida mengembangkan teknik untuk dapat menstimulasi sejak dini perkembangan otak kanan sebagai permulaan pondasi untuk kehidupan anak kelak. Dan pembentukan tersebut sudah bisa dimulai sejak anak berusia tiga bulan. Hal ini bisa dilakukan jika anak mendapat metode pengajaran yang tepat. Lima kemampuan yang terdapat di otak kanan juga berhubungan dengan lima kemampuan yang ada di otak kiri. Metode ini mengklaim bahwa kemampuan untuk melihat, mendengar, dan membentuk suatu stimulus dapat diubah menjadi sebuah imej tertentu bagi anak. Metode ini membantu mengembangkan memori fotograf, kemampuan mengkalkulasi kekuatan mental, mengubah perasaan dan pikiran ke dalam kata-kata, berhitung, simbol, kemampuan untuk menguasai bahasa asing, dan membaca cepat.

Total Child Concept

Pengajaran ini diaplikasikan dengan pemberian pengajaran bahasa, matematika, musik, dan penyelesaian masalah. Sebagai tambahan untuk mengembangkan kemampuan akademik anak, Total Child Concept membentuk anak untuk memiliki keterampilan sosial dan emosi agar dapat berpartisipasi sempurna dalam proses pengajaran dan pergaulan sosial. Hal ini diimplementasikan lewat pelatihan kontrol diri, mengembangkan respek, suka menolong, dan tak mementingkan diri sendiri.

Sumber :
http://www.inspiredkidsmagazine.com
Readmore »

Metode Pengajaran Anak TK

Ada hal yang menarik setelah membaca buku metode pengajaran di taman kanak-kanak karangan Dra. Moeslichatoen R, M.Pd (2004) dengan penerbit Rineka Cipta. Dalam bukunya beliau menuliskan bahwa dalam pengajaran di Taman Kanak-kanak (TK), seorang guru TK perlu memperhatikan tujuan program belajar dan ruang lingkup kegiatan belajar anak TK. Guru harus paham betul karakteristik anak TK, sehingga bisa mencari solusi ketika harus meneliti di kelasnya sendiri dalam rangka menemukan potensi unik anak didiknya.

Tujuan program kegiatan belajar TK adalah membantu meletakkan dasar ke arah perkembangan sikap, pengetahuan keterampilan, dan daya cipta anak didik untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan dan pertumbuhan serta perkembangan selanjutnya. Sedangkan ruang lingkup program kegiatan belajar TK meliputi pembentukan perilaku melalui pembiasaan dalam pengembangan moral pancasila, agama, disiplin, perasaan/emosi, dan kemampuan bermasyarakat, serta pengembangan kemampuan dasar melalui kegiatan yang dipersiapkan oleh guru meliputi pengembangan kemampuan berbahasa, daya pikir, daya cipta, keterampilan, dan jasmani. Untuk mencapai tujuan itu, perlu digunakan metode pengajaran yang sesuai bagi pendidikan anak TK.

Menarik sekali isi buku ini, dan akan segera saya sharingkan kepada teman-teman guru TK. Sebab selama ini, banyak guru TK yang tidak atau belum mengetahui metode pengajaran dan hanya sekedar mengajar tanpa mengetahui ilmunya. Wah bisa bahaya perkembangan anak kita, bila mendapatkan guru seperti ini. Biasanya materi ini diberikan kepada calon guru yang mengikuti PGTK (Pendidikan Guru Taman kanak-kanak) setingkat program D2 dalam mata kuliah Pengelolaan kelas dan disain pembelajaran.

Ada hal penting yang harus dikuasai oleh guru TK agar dapat memahami kemampuan unik anak didiknya. Kemampuan-kemampuan yang harus dimiliki oleh anak yang mengalami perkembangan seusia TK adalah sebagai berikut:

1. Berkembang menjadi pribadi yang mandiri
2. Belajar memberi, berbagi, dan memperoleh kasih sayang
3. Belajar bergaul dengan anak lain
4. Mengembangkan pengendalian diri
5. Belajar bermacam-macam peran orang dalam masyarakat
6. Belajar untuk mengenal tubuh masing-masing
7. Belajar menguasai keterampilan motorik halus dan kasar
8. Belajar mengenal lingkungan fisik dan mengendalikannya
9. Belajar menguasai kata-kata baru untuk memahami orang/anak lainnya
10. Mengembangkan perasaan positif dalam berhubungan dengan lingkungan

Kesepuluh kemampuan dasar itulah yang harus sudah ditanamkan pada anak usia TK. Oleh karena itu, dibutuhkan berbagai metode pengajaran atau pembelajaran agar apa yang direncanakan guru dapat membantu anak menguasai dasar kemampuan di atas. Metode atau cara yang digunakan dalam pembelajaran itu antara lain menggunakan:

1. Metode bermain anak TK
2. Metode karyawisata anak TK
3. Metode bercakap-cakap anak TK
4. Metode demonstrasi bagi anak TK
5. Metode Proyek bagi anak TK
6. Metode bercerita bagi anak TK
7. Metode pemberian tugas bagi anak TK

Ketujuh metode itu biasa digunakan dalam metode pengajaran di taman kanak-kanak. Bila anda ingin mendalami lebih dalam tentang metode pembelajaran di taman kanak-kanak, saya sarankan anda membeli buku ini. Sangat menarik dan membuat kita menjadi lebih tahu bahwa tidak mudah menjadi guru. Apalagi guru TK yang harus sabar dan menyayangi anak-anak. Selalu menerapkan 5S dalam kesehariannya, yaitu :
  1. Senyum
  2. Salam
  3. Sapa
  4. Syukur, dan
  5. Sabar
Bersyukurlah Anda menjadi guru!
Readmore »

Melatih Kemandirian Anak

Mendidik kemandirian pada anak sejak usia dini, sangat penting. Kemandirian akan mendukung anak dalam belajar memahami pilihan perilaku beserta resiko yang harus dipertanggungjawabkan oleh anak. Semakin dikekang, anak akan semakin sulit untuk mengendalikan emosi, dengan kemungkinan perilaku yang akan muncul adalah perilaku memberontak atau justru, sangat tergantung pada orang lain (istilah umumnya adalah manja).

Namun, bagaimana sih sebenarnya langkah yang tepat dalam menanamkan kemandirian pada anak? Apakah dengan melepas begitu saja, mengatur dengan disiplin keras, atau mengarahkan secara positif?

Untuk itu, beberapa hal yang perlu dilakukan orang tua dalam mendukung pembentukan kemandirian anak:

  1. Tentukanlah alokasi waktu yang disediakan orang tua untuk anak-anak mereka.
  2. Jika ada orang lain yang terlibat dalam pengasuhan anak hendaknya dibicarakan apa yang akan dilatihkan pada anak agar terjadi konsistensi antara orang tua dan pengasuh yang ditunjuk oleh orang tua.
  3. Agar kemandirian dapat terbentuk lebih efektif, tentukanlah reward bagi anak, namun jangan yang berlebihan sehingga anak kurang proses belajar dalam perolehan sesuatu.
  4. Buatlah kesepakatan bersama antara ayah dan ibu mengenai kemandirian yang akan dilatihkan pada anak, agar anak tidak memanfaatkan keadaan yang lemah dan yang menguntungkan bagi anak.
  5. Bila anak belum mencapai target kemandirian yang disepakati bersama, hendaknya orang tua dan pengasuh tidak bosan-bosannya untuk terus melatihkan dan membimbing anak agar berhasil. Kuncinya adalah disiplin dan konsisten dalam melakukannya.
  6. Jika anak sudah mulai bertumbuh besar, buatlah daftar dan jadwal bersama dengan anak, harapannya adalah anak akan belajar untuk memahami apa yang harus dilakukan dan harus bagaimana ia bisa mencapainya.
Dengan demikian dapat disimpulkan mengenai kemandirian, bahwa kemandirian bukanlah keterampilan yang bisa terbentuk dengan cepat dan mudah namun keterampilan ini perlu diajarkan pada anak secara berulang-ulang sampai anak bisa memahaminya mengapa ia harus melakukannya.

Jika anak tidak dibimbing, diberitahu dan diajarkan, maka anak-anak tidak tahu bagaimana harus membantu dirinya sendiri. Kemampuan bantu diri inilah yang dimaksud dengan mandiri. Kemandirian juga dapat diasumsikan sebagai kemampuan dan keinginan untuk melakukan segala sesuatu sendiri. Misalnya makan, mandi, berpakaian, buang air kecil dan buang air besar sendiri. Namun perlu untuk diingat kemandirian dapat dicapai sesuai dengan tahapan perkembangan usia anak karena berkaitan dengan kematangan anak dalam melakukan keterampilan tersebut.

sumber : www.infoanak.com
Readmore »